Thursday, March 1, 2012

RATIH [1] PEMBANTU RUMAH TANGGA


Postingan pertama ini membuat bingung para penulis, semuanya bertanya-tanya, “Mulai dari mana ?”. Akhirnya jadi juga postingan pertama ini. Semoga anda tertarik dan anda terhibur saat membacanya.

Bercerita mengenai gadis 23 tahun Ratih namanya, ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah pak Agung (seorang duda muda) dengan postur tubuh cuman 159 cm dan tubuh yang sintal, kulit berwarna sawo matang, serta buah dadanya yang montok. Ratih mulai bekerja saat pak Agung masih beristri jelasnya satu setengah tahun yang lalu. Istrinya bernama Vika, dialah yang memberiku pekerjaan ini, dia berumur dua tahun diatasku. Oke inilah cerita selengkapnya para pembaca.



Suatu hari setelah pak Agung memakan sarapan pagi yang telah kusiapkan, aku berbicara kepada pak Agung “Pak boleh saya minta cuti seminggu saja ?”kataku sambil memasang dasi dari lehernya.“Kenapa, memangnya ada masalah dirumah ?” kata pak Agung dengan santai. “ga…ga kok, aku hanya kangen saja sama ibuku. Dia sendirian tanpa aku pak, aku sudah lama tidak menjenguknya. Bolehkah pak ?” kataku agak kaku. “Ok, tak masalah Ratih. Terus kapan kamu ingin mulai cuti ?” katanya sambil membalik badan dan melihat ke kaca. Aku sangat senang mendengarnya “terimakasih pak… aku sangat senang, minggu depan boleh pak ?” kataku sambil tersenyum bahagia. “hmm, tak masalah” katanya dengan tersenyum dan sambil merapikan jas yang dipakainya. Pak Agung pun langsung pergi memakai mobil kantornya dan aku langsung menyeterika baju pak Agung.

Saat asyik menyetrika eh tiba-tiba pak Agung kembali dan parahnya tangan kiriku terkena setrika, tapi kubiarkan dan berlari menghampiri majikanku itu. “Apa ada yang ketinggalan pak ?” tanyaku sambil meringis. “ya tasku ketinggalan, bisakah kamu ambilkan ? ada di kamarku “ katanya sambil memperhatikan tingkahku. “OK pak saya ambilkan” kataku sambil memegangi luka setrika. “ini pak tasnya”, tiba-tiba pak Agung  memegang tangan kiriku dan melihat lukaku. Saat itu dipikiranku aku malu tapi mau hehehe. “kamu terluka Ratih, ayo ke dalam” katanya sambil mendorongku ke dalam rumah. Aku diam saja saat pak Agung merawat lukaku sampai lukaku dibungkus dengan perban. “Ga usah repot-repot pak aku bisa melakukannya sendiri, makasih pak” kataku dengan tak berpikir apa-apa. “sudah diam jangan bicara apapun” katanya sambil memegangi lukaku. “Apa kamu sudah punya kekasih untuk dinikahi Ratih ?” ungkapnya dengan lembut. “belum pak, masih belum laku” jawabku berpikir pendek. “apa kamu mau menikahi seorang duda ?” perkatannya itu membuatku diam dan menghela nafas “haahhh…”. Aku berpikir apa maksud dari perkataan pak Agung ini, apa dia mau melamarku ? pikirku dalam hati. “maaf kalau kamu tersinggung Ratih, aku tak bermaksud demikian” katanya dengan rasa bersalah. “ga kok pak saya malah senang” kataku berpikir pendek dan jantungku berdetak kencang. “benarkah itu Ratih” aku memelototi wajahnya dengan rasa takut karena dia berbicara sambil mengangkat bahuku. Lalu aku hanya tersenyem dan menganggukkan kepala. “apa kamu benar-benar mau menikah denganku” aku terkejut saat dia mengatakan hal itu, “maaf pak tapi bagaimana mungkin bapak mau menikahi seorang pembantu seperti saya” kataku dengan tegas mencari jawaban.

Dia melepaskanku dan membalik muka, aku penasaran apa yang ia pikirkan pada waktu itu. “apa kamu tidak ingat kejadian waktu itu, kira-kira satu bulan yang lalu. Saat itu aku sedang sakit” aku sadar, apakah ia menyukaiku saat aku merawat dia dua hari dua malam pikirku. Tapi saat itu aku merawatnya karena itu adalah tugasku untuk menjaga majikannya. “aku tahu kamu tak merasakannya, apa kamu tak ingin menikah denganku atau sudah menyukai orang lain” dia berkata sambil menghadapkan mukanya dan menatapku dengan lembut. Aku diam tak bicara apapun, didalam hatiku aku masih kaget dengan kejadian ini. “maaf Ratih kalau menyinggung hatimu, aku pergi ke kantor dulu” katanya dan berlagak terburu-buru ke kantor. “pak, ini tasnya” kataku dengan tersenyum. “terimakasih” katanya dengan mau bergegas pergi.
Dipikiranku, aku ingin pak Agung tetap berada disini akupun memegang tangannya saat dia mengambil tas dariku. “pak bisakah kamu menemaniku” kataku dengan lantang sambil tersenyum padanya. “baik… baiklah” katanya dengan kaget dan menghela nafas. Aku mendekatinya dan memeluk tubuh majikanku itu, aku mendengar detak jantungnya yang sangat cepat dan diapun balik memelukku. “apa bapak benar-benar mau menikahiku ?” kataku berbisik padanya. “ya aku ingin menikahimu Ratih, tapi masih ada hal yang mengganjal dipikiranku saat ini” dia terus memelukku dan akupun memeluknya dengan erat. “apa kamu mau menikahiku Ratih ?” kata pak Agung, saat itu aku sangat terharu. “apa itu yang mengganjal dipikiran bapak sekarang ?” kataku. “ya, benar” katanya sambil tersenyum dan memelukku semakin kencang. Payudaraku menempel lekat di badannya, aku sesak sulit bernafas dan tak bisa menahannya untuk melakukan desah “aahh….”. “maaf Ratih” katanya sambil melepaskan pelukannya. Aku tak berpikir panjang aku menciumnya dengan penuh kehangatan. Dia diam tak bergerak sedikitpun. “apa bapak mau melakukan itu ?” kataku sambil meraba tubuhnya yang sispek dan memegangi sabuknya yang terikat kencang. Tiba tiba aku diciumnya lalu entah bagaimana dia membopongku dan membawaku kelantai dua, itu adalah kamarnya. Aku tak berfikir panjang setelah berada di tempat tidur aku membuka bajunya dan diapun terus menciumku. Bajunya terlepas dan diapun bajukupun dipaksanya terlepas, hanya tinggal BH dan CD berwarna coklatku saja yang tersisa.  Aku berhenti untuk menciumnya “maaf pak ini bukan hal yang baik” kataku dan dia berhenti sejenak. Tapi dia melanjutkannya lagi dia mencium bibirku sampai basah dan aku berhenti menciumnya lagi “maaf pak aku tidak bias melakukan ini” kataku sambil dengan menatapnya penuh cinta. “ya, kamu benar Ratih ini bukan hal yang baik” katanya, lalu ia berdiri dan memakai bajunya kembali dan aku membantunya untuk memakaikan dasinya. “aku pergi dulu Ratih, kamu tak usah bekerja hari ini, setelah sampai disana aku akan menelpon rumah” katanya sambil tersenyum padaku. Aku malu tapi juga tersenyum padanya “hati-hati pak”.
Klik Link Untuk Melihat Lanjutan Ceritanya...===>>>

Catatan : cerita ini hanya fiksi tak ada dalam kehidupan sebenarnya, silahkan melihat aksi Ratna berikutnya di "RATNA [2] UNTUK IBU"

No comments:

Post a Comment